
Diantara pelajaran berharga yang saya dapat darinya adalah tentang menilai seseorang. Sering kita berkomentar selayak menilai orang lain, seolah-olah komentar kita adalah yang paling benar, seakan-akan kita tidak punya cela. Seperti kita tidak punya coreng di muka. Padahal, bagaimana mungkin coreng di muka bisa dilihat sendiri, tanpa bercermin. Itupun dengan cermin yang bersih, cermin yang kotor seringkali mengaburkan noda di muka kita.
Manusia adalah makhluk paling sempurna. Dia menyatakan diri sanggup memikul tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai makhluk yang dikaruniakan akal, karunia yang hanya dimiliki oleh manusia. Akal untuk berpikir, pekerjaan tersulit di dunia. Betapa manusia yang mensyukuri akalnya akan benar-benar menggunakannya untuk berpikir.
Manusia telah diberi penglihatan, pendengaran, dan hati. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan hati untuk merasakan. Lalu akal untuk berpikir, memahami apa yang telah dilihatnya, apa yang didengarnya, dan apa yang dirasakannya.
Sayangnya, banyak yang dikaruniakan akal namun tak menggunakan akalnya untuk berpikir. Banyak yang memiliki mata namun tak menggunakan matanya untuk melihat kebenaran. Banyak yang memiliki telinga namun tak menggunakannya untuk mendengarkan kebenaran. Banyak yang memiliki hati namun tak menggunakannya untuk merasakan kebenaran. Siapa? Dia kah? Kamu kah? Atau aku sendiri? Mari introspeksi diri. Baca lebih lanjut →